Rabu, 17 September 2014

USE CASE MANAJEMEN [SIM- SISTEM INFORMASI MANAJEMEN]





 Mengapa USE CASE MANAJEMEN?

Dengan memberikan pandangan pengguna tentang apa sistem yang harus dilakukan,persyaratan use case. Dengan demikian, use case harus berpartisipasi dalam pengelolaan semua persyaratan sistem. Kebanyakan proyek perangkat lunak memiliki banyak use case, yang semuanya memiliki prioritas yang berbeda dan dependensi - sama seperti kebutuhan lainnya. Misalnya, use case yang menggambarkan pengolahan perintah di Web mungkin berasal dari kebutuhan bisnis menghasilkan pendapatan lebih melalui Web. Dengan membangun ketergantungan nyata antara kasus penggunaan dan kebutuhan bisnis, Anda dapat lebih merespon perubahan yang mempengaruhi salah satu dari persyaratan ini. Dan memprioritaskan pentingnya penerapan use case ini versus lain membantu Anda tahu di mana untuk memulai.

use case manjemen bersama dengan semua persyaratan lainnya adalah kunci untuk memahami keadaan proyek Anda dan lebih baik memungkinkan Anda untuk memberikan sistem yang tepat. Nilai penggunaan Terpadu Manajemen Kasus adalah bahwa hal itu mulus terintegrasi use case dengan informasi kebutuhan Anda.

Manfaat USE CASE MANAJEMEN.

Setelah Anda sudah melekat dokumen use case, atau ditugaskan properti persyaratan untuk use case dalam Rational Rose, use case adalah bagian dari kebutuhan Anda diatur dalam RequisitePro. Dengan demikian Anda dapat menggunakan semua kemampuan RequisitePro Rasional untuk mengurutkan kasus penggunaan (berdasarkan prioritas, dengan nomor iterasi, dll), untuk query pada kasus penggunaan tertentu (hanya kasus penggunaan direncanakan untuk iterasi berikutnya), dan bahkan menghasilkan persyaratan metrik.

Menggunakan Atribut Matrix, Anda dapat melihat semua atau bagian pilih use case dan atribut masing-masing. Ini akan membantu Anda mengatur informasi use case menjawab pertanyaan pertama di awal artikel ini: Bagaimana Anda mengatur kasus penggunaan Anda? Anda dapat menjalankan query untuk menentukan use case yang ditugaskan untuk yang desainer, betapa sulitnya mereka untuk menerapkan, atau yang melepaskan mereka harus dilaksanakan (Bisakah Anda memberitahu di mana merilis kasus penggunaan tertentu diimplementasikan?).

TOP, MIDDLE AND LOW MANAJEMEN [SIM- SISTEM INFORMASI MANAJEMEN






TOP MANAJEMEN bertugas melakukan perencanaan strategis, serta kebijakan-kebijakan terkait pengambilan keputusan. Perencanaan strategis adalah Proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan dan program-program strategik yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut, dan penetapan metode-metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi dan kebijaksanaan telah diimplementasikan.” Perencanaan strategis memfokuskan untuk melakukan hal-hal yang benar (keefektifan). Proses perencanaan strategis : 
1. Penentuan Misi dan Tujuan Mencakup tentang misi, falsafah, maksud dan tujuan organisasi (seperti luas perusahaan, macam produk atau jasa yg akan diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan). Perumusan misi dan tujuan merupakan tanggung jawab kunci bagi manajer puncak. 
2. Pengembangan profil perusahaan Mencerminkan kondisi internal dan kemampuan organisasi. Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasikan tujuan-tujuan dan strategi-strategi yg ada sekarang. 
3. Analisa lingkungan eksternal Mendefinisikan perubahan-perubahan lingkungan ekonomi, teknologi, social / budaya dan politik yang dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu perusahaan perlu mengidentifikasikan lingkungan lebih khusus, yg terdiri dari para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja, dan lembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan. 
4. Analisa Internal perusahaan – kekuatan dan kelemahan organisasi. Untuk mendefinisikan kekuatan-kekuatan dan kelemahan strategis yang penting dimasing-masing bidang (pemasaran, keuangan, produksi dll.) bagi perumusan perusahaan. 
5. Indentifikasi kesempatan dan ancaman strategi Dengan penentuan berbagai kesempatan yang tersedia bagi organisasi dan segala ancaman yang harus dihadapi. Misal : perkembangan teknologi, perubahan kondisi pasar, perubahan politik dll. 
6. Pembuatan keputusan strategic Dengan pemilihan berbagai alternatif yang terbaik. 
7. Pengembangan strategi Dijabarkan secara terperinci tentang rencana, program, anggaran pada operasional bidang fungsional organisasi. 
8. Implementasi strategi Penerapan stategik menjadi kegiatan. 
9. Peninjauan kembali dan evaluasi Perlu adanya memonitor secara periodik atau pada tahap kritis untuk menilai apakah organisasi berjalan kearah tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. (intinya adalah apakah stra diimplementasikan sesuai rencana dan apakah strategi dapat mencapai hasil-hasil yang diharapkan. 
MIDDLE MANAJEMEN bertugas melakukan perencanaan taktis dan pengambilan keputusan. Selain itu juga berwenang dalam menaikkan harga produk dan berwenang dalam mengambil tindakan bagi para pegawai yang tidak disiplin atau meatuhi aturan. 
LOW MANAJEMEN bertugas dalam perencanaan pengawasan operasi dan pengambilan keputusan. Pusat pembahasan nya mengenai masalah-masalah pengoperasian. sasaranya adalah laba sekarang. Batasan kewenangannya berkisar lingkungan sumber daya sekarang. Hasil yang diperoleh adalah efisiensi dan stabilitas. Informasinya dunia bisnis sekarang. Kepemimpinannya konserfatif. Dalam pemecahan masalah berdasarkan pengalaman masa lalu.

SIM (Sistem Informasi Manajemen)


Tingkatan Manajemen dalam suatu Organisasi
Pada Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi manajer menjadi tiga golongan yang berbeda manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama :
  1. Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman). 
  2. Manajemen tingkat menengah (middle management)mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi. 
  3. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer, bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer)

            Dilihat dari tingakatan organisasi, manajemen dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:
1. Manajemen Puncak (Top Management)
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya. Misal:
2. Manajemen Menengah (Middle Management)
Manajemen menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
3. Manajemen Bawah/Lini (Low Management)
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi, mandor.
            Berikut adalah skema manajemen berdasarkan tingkatanya:
Dilihart dari kegiatan yang dilakukan :
- Manajer Fungsional, bertanggung jawab pada suatu kegiatan unit organisasi (produksi, pemasaran, keuangan, personalia, dll
- Manajer Umum, bertanggung jawab atas semua kegiatan unit.
            Didalam melaksanakan tugas, setiap tingkatan manajer mempunyai ungsi utama atau keahlian yang berbeda yaitu:
1. Keahlian Teknik (Technical Skill) yaitu keahlian tentang bagaimana cara mengaerjakan dan menghasilkan sesuatu yang teriri atas pengarahan dengan motivasi, supervisi, dan kemunikasi .
2. Keahlian Manajerial (Managerial Skill) yaitu keahlian yang terkait dengan hal penetapan tujuan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, dan pengawasan.
Keterampilan Manajer
            Secara umum, terdapat emat keterampilan manajer pada masing-masing tingkat manajer:
1. Keterampilan konseptual
            Ketrampilan atau kemampuan mental untuk mengkordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi.
2. Keterampilan Kemanusiaan
            Kemampuan untuk saling bekerja sana dengan memahami dan memotivasi orang lain.
3. Keterampilan Administrasi
            Kemampuan yang ada hubungannya dengan fungsi manajemen yang dilakukan.
4. Keterampilan Teknik
            Kemampuan untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedur, dan metode dari suatu bidang tertentu.

            Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
            Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.

2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
            Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.

3. Keterampilan teknis (technical skill)
            Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.

            Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:[5]
1. Keterampilan manajemen waktu
            Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.


2. Keterampilan membuat keputusan
            Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
        
Pada pengertian tersebut dikatakan bahwa manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kerja orang lain. Dengan demikian berarti dalam manajemen terdapat minimal 4 (empat) ciri, yaitu:
1. ada tujuan yang hendak dicapai,
2. ada pemimpin (atasan),
3. ada yang dipimpin (bawahan),
4. ada kerja sama.


            Khusus menyangkut masalah pemimpin (atasan) harus memiliki berbagai kemampuan ( skills). Kemampuan ( skills) yang dimaksud terdiri dari:
1. Managerial skills (entrepreneurial), yaitu kemampuan untuk mempergunakan kesempatan secara efektif serta kecakapan untuk memimpin usaha-usaha yang penting.
2. Techological skills, yaitu keahlian khusus yang bersifat ekonomis teknis yang diperlukan pada   pelaksanaan pekerjaan ekonomis.
3. Organisational skills, yaitu kecerdasan untuk mengatur berbagai usaha.


            Dalam kenyataannya tidak setiap pemimpin harus memiliki seluruh kemampuan dengan tingkat intensitas yang sama. Sebab pemimpin itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tingkatan. Sehingga kemampuan yang harus dimilikinya pun tentu berbeda.
Adapun tingkatan kepemimpinan atau manajemen terdiri dari:
1. Top Management (Manajemen Tingkat Atas)
2. Middle Management (Manajemen Tingkat Menengah)
3. Lower Management (Manajemen Tingkat Rendah).


            Jumlah manajemen pada setiap tingkatan tergantung pada besar kecilnya suatu organisasi atau instansi. Namun demikian, biasanya Top Management jumlahnya akan lebih sedikit dari pada Middle Management, dan Middle Management lebih sedikit daripada Lower Management.
Jadi semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin banyak memerlukan keterampilan administrasi/manajemen, tetapi keterampilan operasionalnya semakin rendah. Sebaliknya semakin rendah kedudukan seseorang, maka keteramplian operasionalnya semakin tinggi, sedangkan keterampilan administrasinya/manajemennya makin rendah.
            Dengan bahasa yang sederhana, sebetulnya ketiga jenis tingkatan manajemen tersebut bekerja pada waktu yang sama, tetapi jenis kegiatannya berbeda. Manajemen Tingkat Atas lebih banyak bekerja dengan pikiran, sedikit sekali bekerja secara fisik atau tenaga. Manajemen Tingkat Menengah, antara kerja pikir dengan kerja fisik boleh dikatakan seimbang. Sedangkan Manajemen Tingkat Bawah, bekerja dengan pikiran sedikit sekali, sementara dengan fisik atau tenaga amat besar/banyak. 
            Top  level management  disebut  juga  dengan  strategic  level, middle  level management dengan tactical level dan lower management dengan tehcnical level.

INTI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

  Sebuah sistem informasi manajemen mengandung elemen-elemen fisik sebagai berikut :
1.  Perangkat keras komputer
2.  Perangkat lunak
a.  Perangkat lunak sistem umum
b.  Perangkat lunak terapan umum
c.  Program aplikasi
3.  Database (data yang tersimpan dalam media penyimpanan komputer)
4.  Prosedur
5.  Petugas Pengoperasian

            Dalam hal penerapan, sebuah subsistem terapan yang lengkap terdiri dari:
 1. Program untuk melaksanakan pengolahan komputer
 2. Prosedur  untuk  membuat  terapan  menjadi  operasional  (formulir,  petunjukuntuk operator, petunjuk untuk pemakai, dan seterusnya).

            Subsistem  terapan  dapat  diuraikan  dalam  bentuk  fungsi  keorganisasian  yang mendukung  (pemasaran, produksi, dan  sebagainya) atau dalam bentuk  jenis kegiatan yang tengah dilaksanakan.

SUBSISTEM FUNGSI KEORGANISASIAN

              Fungsi-fungsi keorganisasian agak  terpisah dalam hal kegiatan dan ditentukan  secara
manajerial sebagai tanggung jawab sendiri-sendiri. Karena itu sebuah SIM dapat dipandang
sebagai sebuah gabungan sistem-sistem  informasi, sebuah sistem untuk setiap fungsi utama
keorganisasian.  Subsistem-subsistem  akan  berbeda  pada  organisasi  satu  dengan  lainnya.
Tetapi  gagasan  dasarnya  tetap  sama  untuk  mengenali  fungsi-fungsi  pokok  atas  mana
subsistem dapat dirancang. Subsistem ini dapat pula dibagi menjadi beberapa subsistem yang
lebih kecil.